Minggu, 18 Desember 2011

Pernah ada masa-masa

pernah ada masa-masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu


pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit menyuburkan bumi
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai

di satu titik lalu, sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita terlalu terkecualikan dari ikatan diatas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api

kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shaleh yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak yang manis, lembut dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya

(dikutip dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" hal 44)

Kubaca Firman Persaudaraan

Ketika kubaca firmanNya "sungguh tiap mukmin bersaudara"
aku merasa, kadang ukhuwah tak perlu dirisaukan
tak perlu, karena ia hanyalah akibat dari iman

aku ingat pertemuan pertama kita, Akhi sayang
dalam dua detik, dua detik saja
aku telah merassaaakan perkenalan, bahkan kesepakatan
itulah ruh-ruh kita yang saling sapa, berpeluk mesra
dengan iman yang menyala, mereka telah mufakat
meski lisan belum saling sapa dan tangan belum berjabat

ya, kubaca lagi firmaNnya "sungguh tiap mukmin bersaudara"
aku makin tahu, persaudaraan tak perlu dirisaukan

karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh
saat salam terasa menyaktkan, saat kebersamaan serasa siksaan
saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita,
hanya iman-iman kita yang sedang sakit atau mengerdil
mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
tentu terlebih sering, imankulah yang compang camping

kubaca firman persaudaraan akhi sayang
dan aku makin tahu, mengapa di kala lain diancamkan
"para kekasih pada hari itu, sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa

(dikutip dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" hal 31

Jangan Pernah lari dari masalah!


Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy
 
“Jangan pernah lari dari masalah karena ketika kau lari dari masalah saat itu kau sebenarnya akan menghadapai masalah yang lain yang mungkin lebih banyak”
Hidup adalah rangkaian permasalahn yang tidak akan pernah putus, bahkan ketika seorang hanya duduk seharian tanpa melakukan aktivitas adalah sebuah masalah, begitu juga orang yang selalu beraktivitas seharian yang tentunya tidak pernah lepas dari sebuah masalah.  

Sering sekali terlintas dalam pikiran kita ketika sedang menghadapi banyak maslah untuk lari dari permasalahan tersebut, atau karena teknologi sudah canggih rasanya ingin sekali meng”skip” bgian dari perjalanan kehidupan yang sangat dipenuhi oleh masalah tersebut. 

Pada hakikatnya masalah adalah sesuatu yang membuat kita mash hidup sampai saat ini, karena ketika sudah tidak ada masalah dalam kehidupan kita, atau ketika kita sama sekali lepas dari masalah kita, atau kita limpahkan seluruh masalah kita kepada orang lain maka pada saati itu kita sudah mati, kita sudah menjadi mayat yang akan menjadi masalah bag orang lain.

Ketika kita sedang menghadapi masalah kita sedang menghadapi proses kehidupan, bila kita mempu mengambil hikmah dari masalah yang kita hadapi maka kita telah menjadi orang yang beruntung, semakin sulit masalah semakin bagus untuk kita karena setiap kesuliatan pasti akan diiringi oleh kemudahan. Sebagaimana yang dituliskan dalam ayat al-qur’an : 

Kadang ketika menghadapi sebuah masalah kita sering merasa bahwa sebenarnya kita tidak mampu menghadapai masalah itu, ketika sedang menghdapi msalah sering terhembus hawa pesimisme pada jiwa-jiwa kita, ketika sedang menghadapi masalah ketakuatan kadang menjadi akrab sekali dengan kita padahal Allah, Sang Pencipta juag Pencipta Masalah, telah menciptakan juga banyak solusi untuk satu masalah yang kita hadapi, pada akhirnya semua akan kembali pada kita bagaimana kita memilih dan menentukan solusi dari masalah yang ada dan satu hal juga yang harus kita yakinai bahwasanya Allah tidak akan pernah memeberikan beban masalah yang tidak mampu kita selesaikan, Allah tidak akan pernah memeberikan beban masalah yang diluar kemampuan kita sebagaimana Allah sebutkan dalam firmannya : 

Senua bergantung kepada kita, apakah akan menghadapi masalah yang mampu kita selesakan atau kita memlih untuk berlari kepada maslaha lain?

Wallahu a’alam
Semoga bermanfa’at

Mencintainya, Bukan Merendahkannya


Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy

Berbicara tentang cinta tak akan pernah ada habisnya terlalu banyak kata-kata indah untuk menggambarkan perasaan cinta, terlalu banyak kalimat-kalimat romantic yang selalu membicarakannya apalagi cinta sesama manusia yang selalu menjadi bahan pembicaraan bagi para remaja tingkat akhir juga mungkin mahasiswa tingkat akhir yang tidak lama lagi akan meresmikan ikatan mereka dalam sebuah ikatan yang disebut dengan pernikahan, mereka membicarakan cinta, mengungkapkan cinta, berbuat sesuatu dengan berdasarkan cinta, seolah-olah merekalah yang paling faham tentangnya padahal mereka juga sebenarnya belum memahami sepenuhnya.

Mungkin begitu juga yang dilakukan oleh penulis seakan dialah yang paling mengetahui tentangnyaa, padahal dia sama saja dengan orang-orang seusianya. Namun mudah-mudahan beginilah caranya untuk menjauhkan hal-hal yang “buruk” dari sebuah kata yang terdiri dari lima huruf tersebut (cinta) yaitu dengan menulis.

Berhubungan dan berintaksi adalah sebuah keharusan bagi seorang manusia yang merupakan makhluk sosial, berhubungn dan berinteraksi tidak bisa dibatasi hanya kepada satu jenis saja, berhubungan dan berinteraksi dengan lawan jenis merupakan hal yang wajar dan tidak bisa dihindari oleh semua manusia. Saling menolong, saling bertanya, saling memberi motivasi merupakan bagian kecil dari sebuah hubungan antar manusia. Bila ke3 hubungan ini sering kita lakukan sesama kita maka itu merupakan salah satu buah dari ukhuwah namun beda halny bila kita hanya melakukan itu kepada seseorang saja secara terus menerus apalagi kepada seorang lawan jenis yang bukan muhrimnya, maka selanjutnya akan ada hal-hal tidak terduga akan terjadi kepada mereka berdua, kadang orang sering menyebut mereka sedang jatuh cinta dan memang begitu katanya orang yang sedang jatuh cinta selalu iangin melakukan hal-hal tersebut.

Ini merupakan suatu masalah yang harus diselesakan dengan cepat yaitu segeralah menikah karena kalau tidak perbuatan-perbuatan kecil ini makin lama makin menumpuk, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Pada kondis yang sudah berkepanjangan maka kedua orang itu bukas sedang saling mencintai tapi mereka sedang saling merendahkan, kenapa? Karena pada kondisi itu mereka akan banyak mengotori hati-hati mereka, pada kondisi itu rasa ikhlas mereka akan mulai digerogoti oleh rasa ingin lebih dicintai pasangannya, bahkan mungkin hal yang paling membahayakan adalah ketika ternyata rasa cinta itu tumbuh semakin besar tetapi akad pernikahan antara keduanya tidak pernah dilakukan karena mereka melakukan akad pernikahan dengan pasangan mereka yang lain. Jadi pada kondisi ini ketika mereka terlalu sering melakukan hubungan sebenarnya mereka tidak saling mencintai tetapi mereka sedang merendahkan diri mereka satu sama lain, mereka juga sedang merendahkan lawan jenins mereka.

Lalu apa yang harus dilakukan ketika merek belum siap untuk menikah,? baik karena faktor usia ataupun faktor yang lainnya. Tidak ada hal lain yang dapat mereka lakukan selai meminimalisir hubungan antara keduanya, tidak usah berlebihan tetapi selalu tetap menjaga niat. Memang hal ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan tetapi dengan banyak berdo’a, dengan banya mendekatkan diri kepada Allah, dengan banyak mentadaburi tentang hakikat dari cinta itu sendiri, maka dengan izin Allah kita akan mendapatkan sesuatu yang terbaik baik bagi diri kita ataupun bagi pasangan yang kita inginkan,

Mungkin yang ditulis oleh penulis ini hanyalah sebuah teori yang sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang bahkan penulis sendiri sangat sulit untuk mengaplikasikannya. Namun ilmuan yang sukses sekali pun akan selalu berfikir hal ini memeng sulit dikerjakan tapi mungkin dikerjakan.

Jika kau belum siap sekarang janganlah bermain api, karena api itu membakar
Jika kau belum siap sekarang, maka janganlah bermain cinta, karena cinta itu tajam
Api yang merupakan sumber kehidupan dapat berubah menjadi sumber bencana
Cinta yang merupakan sumber kebahagian dapat berubah menjadi sumber bencana
Jika kau belum siap sekarang janganla pernah mencintainya
Jika kau mencintainya sekarang, kau sedang merendahakannya sekarang
Jika kau mencntainya sekarang, kau sedang merendahkan diri sendiri

Wallahu a’lam
Semoga bermanfa’at.

Satu Lagi ; Kisah Seorang Pemuda


Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy
 
Dalam perjalanan di Kalimantan kami ditemani oleh seorang supir travel yang sangat muda, 18 tahun ketika kami bertanya tentang umurnya, dan memang jawabannya tidak berbeda jauh dari apa yang ditunjukan oleh tubuh dan wajahnya. Namun dari seorang pemuda ini kami mendapatkan banyak belajaran yang berharga yang tidak bisa ditukar dengan uang sama sekali.
Dia adalah seorang supir yang harus selalu siap bekerja siang ataupun malam sesuai dengan keinginan pemnumpang, kadang dia harus pulang sampai larut malam ketika orang lain tertidur, kadang dia juga haru sudah berangkat krtika orang lain masih bangun. 

Pada saat kami ke sana dia membawa kami para penumpang dari Bandung malam-malam yang merupakan waktu istirahat, dan dia pun terus melanjutkan perjalanan walaupun penumpangnya tidur, dan ketika ban mobil pecah pun dia memeperbaikinya tanpa sempat membangunkan penumpang yang tidur, semuanya dilakukan di jalan yang tidak mulus dan banyak rintangannya. 

Lelaki yang baru menikah dua bulan yang lalu ini sudah bisa menyetir semenjak dua tahun yang lalu, dan ketika kami mengobrol dengannya ternyata mobil yang dipakainya adalah mobl hasil keringatnya sendiri yang dibeli dari hasil usaha dengan ayahnya.

Hal yang paling saya sukai darinya adalah kepolosannya dalam menghadapi kehidupan ini, awalnya ketika kedua teman saya yang meminta dicarikan travel di Kalimantan, saya ragu untuk memberikan no supir ini karena selan orangnya baru saya kenal, saya juga belum tahu bagaimana latar belakangnya, tetapi di perjalanan pilang ternyata dia merupakan orang yang blak-blakan dan sangat simple sekali dalam menghadapi kehidupan sampai dia bercerita tentang bagaimana dia bisa menikah di usia yang sangat muda yang ternyata merupakan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, dan dia juga menceritakan bagaimana masa SMA nya yang penuh dengan luka-luka hasil interaksinya dengan perkembangan zaman. 

Mungkin sesuatu yang saya tulis terlalu berlebihan karena pada hakikatnya memang dialah supr kam di Kalimantan yang mengantarkan kami ke tempat yang kami inginkan, hal ini juga mungkin berlebihan karena kami hanyal mengenalnya kalua dihitung-hitung kurang lebih 40 jam. Tetapi yang paling penting dalam setiap apa yang kita hadapi dalam kehidupan adalah kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang kita temukan dalam setaiap waktu dalam kehidupan ini.

Di usianya yang muada dia sudah mampu menghasilkan banyak penghasilan, tentunya dengan usaha yang kera juga, di usianya yang mash muda dia sudah memiliki istri yang harus di jaga, tetapi dia masih bisa menikmati lika-liku kehidupan ini. Lalu bagaiman dengan kita kaum muda? Apakah kita sudah banyak penghaslan? Apakah kita bisa menghadapi kehidupan ini dengan simple walaupun banyak pemasalahan menghadang?

Hanya kita yang dapat menentukanya,.

Renungan bagi para Guru dan Calon Guru


Dtulis oleh : Muhammad Mabrudy

Kalimantan; Merupakan salah satu dari 5 pulau terbesar di Indonesia, ini adalah kisah hidup saya ketika pergi menginjakan kaki di sana, di sana kehidupan menjadi seorang guru merupakan sebuah tantangan yang luar bisaa. Kisah ini haruslah menjadi renungan bagi para calon guru yang sangat meninginkan tuk menjadi PNS, juga kepada para pekerja atau PNS yang mendapatkan penghasilan pas-pasan. Tahukah kalian nan jauh di plosok sana banyak sekali guru yang bekerja tanpa mengenal gajian, guru yang mengajar dengan sarana seadanya, guru yang mendidik siswa dengan fasilitas yang minim berikut beberapa kisahnya : 

Pertama seorang laki-laki yang mulai dipekerjakan sejak tahun 90an di pulau Kalimantan, pertama kami mengenalnya adalah untuk kebutuhan kunjungan ke salah satu sekolah satu atap di sana. Pertama kali kami bertemu adalah malam hari, tepat setelah beliau pulang dari ibu kota kaltim Samarinda, awalnya kami pikir mungkin kita akan bertemu besok saja karena selain waktu sudah malam, mungkin beliu juga sangat kecapaian karena perjalanan dari Samarinda bukanlah perjalanan yang singkat, tetapi di sela kecapeannya beliau masi sempat menyisihkan waktunya untuk menyambut 2 orang tamu di penginapan sederhana dekat rumahnya, itulah rasa kagum pertama kami kepadanya. 

Keesokan harinya kami di antar dengan menggunakan motor bersama rekannya seharian mengunjungi 2 sekolah di Kutai Barat yang jaraknya sangat tidak terduka apalagi kalo hujan melanda, akses ke sekolah tersebut tidak bisa dilakukan sama sekali, di tengah perjalanan kami mulai berbincang dengannya terutama tentang perjuangannya ketika merintis sekolah-sekolah di Kubar, saat itu perjalanan dari kubar ke ibu kota bisa sampai menempuh waktu 3 hari, tetapi yang menjadi luar bisaa dia masih bertahan sampai saat ini tentunya dengan mengemban permasalahan-permasalahan pendidikan di daerah. Dengan penghasilannya perbulan rasanya tidak mungkin baginya tuk hidup di Kalimantan dengan biaya hidup yang sangat tinggi tapi Allah tidak pernah membiarkan hambaNya yang berbuat baik sehingga dengan skill yang dimilikinya dia masih bisa berjuang untuk pendidikan dan memberikan berbagai macam inspirasi bagi para kaum muda. 

Ada lagi cerita lain tentang guru-guru di pedalaman Kalimantan, di zaman yang serba modern ini mungkin pahlawan tanpa tanda jasa sangatlah pantas bagi mereka melebihi para guru di perkotaan, bagaimana tidak gara-gara “keterlambatan” bantuan atau bahkan “keteledoran” para pejabat dan orang-orang yang tidak bertanggung jawab mereka harus tetap mengajar siswa tanpa digajih sama sekali. Sekali lagi Allah tidak membiarkan hambaNya yang berbuat baik menderita, buktinya semenjak sekolah-sekolah itu berdiri sampai dengan saat kami berkunjung, para guru dan orang-orang yang selalu berjuang untuk orang lain masih bisa bertahan hidup dan merasakan ni’mat yang ada walaupun pada hakikatnya mereka juga tidak pernah lepas dari sebuah kata yang disebut “penderitaan”

Memang segala sesuatu butuh uang, tetapi uang bukanlah segalanya, mereka di Kalimantan sana adalah orang-orang yang tidak pernah lepas dari sebuah “pengorbanan”, tetapi dengan pengorbanannya mereka telah membantu banyak orang dengan pengorbananya pula mereka telah memberikan kita banyak pelajaran. Seorang guru akan mendapatkan “upah” dari apa yang merka lakukan baik berupa uang ataupun hal yang lain, tapi tujuan seorang guru bukanlah “upah” tersebut ataupun proyek-proyek yang mampu menghasilkan lembaran-lembaran rupiah, tujuan utama guru adalah untuk mendidik bangsa, untuk menghasilkan generasi penerus bangsa, untuk menjadikan bangsa ini lebih baik lagi.

Salam kepada guru-guru di Kalmantan, terima kash telah memberikan banyak pelajaran kepada kami. Do’akan semoga kami mampu melakukan hal terbiak untuk membuat umat ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Wallahu a’lam

Minggu, 04 Desember 2011

Seindah Pelangi

Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy

"Jika kebahagian ibarat sinar matahari dan kesedihan ibarat rintik air hujan. Sungguh kita memerlukan keduanya untuk melihat indahnya pelangi" (kutipan)

Pelangi adalah salah satu fenomena alam yang begitu inda dilihat, menyejukan kalo dipandang, dan di dalamnya terdapat fenomena yang sangat luar biasa, terutama bagi orang-orang yang mau bertafakur. Tahukah bagaimana fenomena itu terjadi?



Pelangi berasa dari cahaya matahari yang merupakan cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda.Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. yang ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.

Pelangi tidak lain adalah busur spektrum besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Ketika cahaya matahari melewati butiran air, ia membias seperti ketika melalui prisma kaca ataupun beberapa benda bening lainnya. Jadi di dalam tetesan air, kita sudah mendapatkan warna yang berbeda memanjang dari satu sisi ke sisi tetesan air lainnya. Beberapa dari cahaya berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh pada tetesan air, kembali dan keluar lagi dari tetesan air. Cahaya keluar kembali dari tetesan air ke arah yang berbeda, tergantung pada warnanya.  

Pelangi hanya dapat dilihat saat hujan bersamaan dengan matahari bersinar, saat kedua fenomena terjadi bersamaan fenomena yang berlawanan. Tidak akan pernah ada pelangi jika hanya hujan yang turun, baik hujan deras maupun hujan rintik-rintik. Begitu juga ketika matahari bersinar, tidak akan pernah ada pelangi. 

Begitulah pelangi mengajarkan pada kita sebuah arti kehidupa, kebahagiaan dan kesedihan adala dua perasaan berbeda yang bila dibandingkan bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda, atau bagaikan dua buah kutub yang tidak pernah bersatu. Tetapi dengan keberadaan kebahagiaan dan kesedihan itulah kita dapat merasakan manisnya perjuangan, dengan keduanya juga kita bisa menghirup harumnya tawakal dan dengan keduanya juga kita dapat menikmati indahnya kehidupan 

Jika kebahagian ibarat sinar matahari dan kesedihan ibarat rintik air hujan. Sungguh kita memerlukan keduanya untuk melihat indahnya pelangi, untuk merasakan bahwasanya Allah itu dekat, untuk merasakan manisnya iman.

Wallhu a'lam
semoga bermanfa'at