Kamis, 30 Januari 2014

Belajar dari angka “nol”


Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy, S.Pd.
Angka nol adalah sebuah angka yang ditemukan oeh ilmuan muslim bernama Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi yang lahir tahun 780 di Kwarizm (Uzbekistan), angka nol dalam bahasa arab disebut shifr dan mulai diperkenalkan kepada ilmuan barat sekitar 250 tahun setelah ditemukannya angka nol oleh al-khawarizmi. 

Dalam bahasa indonesia untuk menyebut angka "nol" ada juga yang menyebutnya dengan sebutan "kosong", padahal keduanya jelas-jelas memiliki makna yang berbeda, apalagi bila orang yang mempelajari matematika mendengarnya, keduanya jelas sekali memiliki makna yang berbeda. "Nol" itu bernilai sedangkan "kosong" tidak bernilai, mungkin bila angka "nol" berdiri sendiri maka nilainya akan menjadi kosong, tetapi nol tidak akan menjadi kosong bila disandingkan dengan angka-angka yang lain. Hal ini sangatlah unik, ada sebuah angka yang sangat berperan penting dalam bilangan, tetapi bila angka ini berdiri sendiri maka nilainya jadi tidak berarti. 

Itulah hal pertama yang bisa kita pelajari dari sebuang angka "nol" yaitu bagaimana supaya kita bisa menghargai hal-hal yang kecil, karena begitu banyak hal kecil di dunia ini yang sangat berarti. Bila dibandingkan dengan sebuah amalan maka nol adalah amalan-amalan kecil yang kadang banyak orang menggap tidak bernila dan tidak berarti, jika hal ini terjadi maka dapat dianalogikan pada angka nol yang berada di sebelah kiri angka-angka lain contohnya yaitu 001 atau 000007 yang maknanya tetap saja satu dan tujuh. Tetapi bila kita dapat memperhatikan amalan keci ini maka nilainya akan bermakna atau bahkan berlipat, seperti dua angka nol yang berada di samping kanan angka 1 yaitu 100 maka nilainya akan jauh lebih besar daripada angka 1 itu sendiri. Hal ini senada dengan apa yang disabdakan rasulullah yaitu
Rasulullah bersabda : “Janganlah kamu meremehkan sedikit pun dari amalan kecil, meski hanya sekedar bertemu sadaramu dengan wajah yang berseri-seri” (Hadits riwayat Muslim)
Bagaimana kita bsia memperhatikan amalan-amalan kecil tersebut? Pelajari ilmunya dan ikhlaskan niatnya sehingga angka-angka nol yang dikumpulkan yaitu berupa amalan-amalan kecil menjadi sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan kita.

Hal lain yang dapat dipelajari dari angka "nol" adalah keunikannya angka
 ini dalam operasi perkalian dan pembagian, angka nol ini merupakan gambaran seorang hamba yang bisa kita contoh. Dalam operasi perkalian, bilangan apapun selain angka nol yang dikalikan dengan nol maka hasilnya akan menjadi nol, tidak peduli sebanyak apapun bilangan sebelumnya, tidak peduli serumit apapun angkanya, tidak peduli sekomplek apapun persamaannya, hasilnya akan tetap nol. Seperti itulah harusnya iman kita, tetap istiqomah, iman kita tidak boleh bergantung pada iman orang lain, tidak boleh bergantung pada harta, tidak boleh bergantung pada jabatan, tidak boleh bergantung pada popularitas dan tidak boleh bergantung pada keadaan sekitar. Kita harus berusaha untuk beristiqomah dalam iman kita walaupun pada hakikatnya iman manusia itu bertambah dan berkurang. 

Jika iman kita masih bergantung orang lain, maka kita akan berfikir dua kali ketika melakukan
 kebaikan contohnya ketika pergi pengajian maka akan timbul pertanyaan, "yang lain ikut ga ya?", “pematerinya siapa?” atau pertanyaan-pertanyaan lain yang dapat mengganggu. Maka dapat diperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya, kejadiannya akan bergantung kepada jawaban pertanyaan diatas, tetapi bila iman kita, tekad kita tidak bergantung kepada orang lain, tidak bergantung pada keadaan sekitar maka tidak peduli orang lain hadir atau tidak, kita akan tetap merasakan manisnya hadir dalam sebuah majelis pengajian, tidak peduli orang memuji atau menghina, yang kita rasakan hanyalah manisnya iman, manisnya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tentang istiqomah ini dituliskan dalam hadits arba’in karangan Imam Nawawi no 21 yaitu :
Dari Abu Amr, -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah, Suufyan bin Abdillah Ats Tsaqofi radhiallahuanhu dia berkata, saya berkata : Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada saya tentang Islam sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah.
(Riwayat Muslim).

Hal terakhir yabf akan kita pelajari dari angka nol dalam tulisan ini adalah keunikan angka nol dalam operasi pembagian yaitu hal yang sama seperti pada operasi perkalian yaitu konsistensi nilai, namun pada operasi pembagian nol adalah hal yang unik karena nilai konsisten yang dihasilkan adalah tak hingga. Berapapun nilai jika dibgai dengan nol maka hasilnya adalah tak hingga, setiap angka dalam bentuk apapun ketika dibagi dengan nol harganya tetap konsisten tak hingga. Seperti itulah layaknya kita berbuat, seorang hamba di depan Penciptanya, ketika kita meng"nol"kan diri dihadapan Allah SWT artinya kita menjadikan diri tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT, maka kita akan mendapatkan sesuatu yang tak terhingga, tak ternilai dan luar biasa.

Dengan bersikap seperti itulah kita telah mengembalikan hakikat kita seorang hamba dihadapan Tuhannya, karena dihadapan Allah kita adalah nol dan tidak ada apa-apanya, seberapa hebat apapun kita dalam kehidupan sehari-hari, seberapa kuat apapun kita dibandingkan dengan hambanya yang lain dan seberapa pintarpun kita dibandingkan dengan makhluk yang lain, seberapa tinggipun jabatan dan gelar yang kita miliki, pada hakikatnya semua adalah nol tidak ada apa-apanya bila dbandingkan dengan Sang Pencipta. Kita bersikap "nol" tidak ada apa-apa pasrah serta merendah dengan kuasaNya bukan berarti bersikap kosong tanpa ikhtiar dan do'a dalam menghadapi segala permasalahn yang ada, tapi hal itu tidak lain hanya upaya kita untuk menyadari hakikat kita dihadapan Sang Maha Kuasa.
.
Apa yang akan terjadi bila kita tidak meng"nol"kan diri dihadapannya, maka yan terjadi setelahnya akan sangat mudah ditebak, jika kita menjadi angka 1 dihadapanNya yaitu bersikap seolah-olah apa yang terjadi berasal dari kita maka hasilnya akan sama dengan pembagian angka satu yaitu setiap angka yang dibagi dengan angka satu maka hasilnya adalah angka itu sendiri atau jika dimaknai dalam kehidupan setiap apa yang kita usahakan akan selalu bergantung pada keadaan di luar kita, bila keadaan diluar mendukung dan nilainya besar maka hasilnya akan jadi besar namun jika hal sebaliknya terjadi maka hasil yang didpatkan akan menjadi kecil. Hal yang lebih berbahaya adalah ketika kita bersikap lebih besar dan sombong dihadapannya yaitu ketika kita menjadi angaka 2, 3, 4 atau bahkan angka-angka yang lebih tinggi, maka dalam operasi pemabagian ini hasil yang akan didapatkan akan menjadi kecil dan mungkin sangat tidak bermakna, semikin besar pembaginya maka hasil pembagian akan menjadi semakin kecil, semakin sombong seseorang maka yang didapatkan dihadapan Sang Pencipta tentu juga akan semakin kecil. Dalam hadits qudsi juga rosulullah menyampaikan :

Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri sehingga seseorang tidak menyombongkan diri atas yang lain dan tidak berbuat zhalim atas yang lain.” (Shahih, HR Muslim no. 2588).

Begitulah sebuah angka mengajarkan kita, Hari ini kita belajar dari "nol" belajar untuk memaknai hal yang kecil, belajar untuk istiqomah dan belajar untuk kemabali kepada hakikat kita. Semoga bemanfaat.