Sabtu, 29 Maret 2014

Pelajaran Cinta

Sebuah tulisan yang menarik ditulis ulang dari kiriman "wa" salah seorang teman, berikut tulisannya :

Memang tidak mudah. Sebab tidak karena kamu mencintai lalu hendak memberi atau kamu menebar pesona kematanganmu melalui itu, maka cintamu berbalas. Fakta ini mungkin pahit. Tapi begitulah adanya : kadang-kadang kamu harus belajar menepuk angin bukan tangan lain yang hendak melahirkan suara cinta.



Sebabnya sederhana saja. Cinta itu banyak macamnya. Ada cinta misi : cinta yang memang kita rencanakan sejak awal. Cinta ini lahir dari misi suci didorong oleh emosi kebijakan dan didukung dengan kemampuan memberi. Misalnya cinta para nabi kepada umatnya atau guru kepada muridnya atau pemimpin kepada rakyatnya atau ibu kepada anaknya. Jiwamu dan jiwa orang yang kamu cintai tidak mesti bersatu. Cinta ini sering tidak berbalas. Bahkan sering berkembang menjadi permusuhan. Lihatlah bagaimana nabi-nabi itu dimusuhi umatnya, atau para ibu diterlantarkan anak-anaknya di usia tua, atau pemimpin baik yang dibunuh rakyatnya, atau guru yang dilupakan murid-muridnya.

Inilah cinta yang paling luhur. Paling suci. Sebagian besar kebaikan yang kita saksikan dalam kehidupan kita, bahkan dalam sejarah umat manusia, sebenarnya merupakan buah dari cinta yang ini. Ambillah contoh 1,3 milyar umat islam saat ini adalah hasil perjuangan berdarah-darah sang beserta sahabat-sahabatnya. Itu cinta misi.

Tapi ada jenis yang lain. Cinta jiwa. Cinta ini lahir dari kesamaan ata kegenapan watak jiwa. Jiwa yang sama atau berbeda tapi saling menggenapi biasanya akan saling mencintai. Cinta ini yang lazim ada dalam hubungan persahabatan, perkawinan atau keluarga. Cinta ini mengharuskan adanya respon yang sama : cinta tidak boleh bertepuk sebelah tangan di sini.

Inilah cinta yang paling rumit. Serumit kimia jiwa manusia. Suatu saat misalnya Umar bin Khattabhendak melamar Ummu Kultsum binti Abu Bakar adik Aisyah ra. Gadis itu sangat belia dan tumbuh diantara jiwa-jiwa yang lembut nan penyayang.  Aisyah ra jadi gusar. Wataknya tidak bertemu dengan watak Umar. Tapi siapa berani menolak lamaran manusia paling sholeh di muka bumi ketika itu? Namun dengan diplomasi yang sangat halus, melalui kepiawaian Amr bin Ash, Aisyah ra menolak lamaran itu sembari menyarankan sang Khalifah menikahi Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib, adik Hasan dan Husein. Kali ini lamarannya diterima : Ali dan Umar memiliki watak yang sama, "Tidak ada alasan menolak lamaran manusia terbaik di muka bumi" kata Ali ra.

Ada cinta ketiga. Cinta malsahat. Cinta ini dipertemukan oleh kesamaan kepentingan. Mereka bisa berbeda watak atau misi. Tapi kepentingan mereka sama, maka mereka saling mencintai. Misalnya hubungan baik yang lazim berkembang di dunia bisnis, suara ramah dari penjawab telepon, atau senyum manis seorang pramugari, atau layanan sempurna seorang resepsionis hotel : semua berkembang dari kepentingan tapi efektif menciptakan kenyamanan jiwa (comfortability). Anda adalah bagian dari pejerjaannya. bukan jiwanya. Anda adalah kepentingannya. Bukan misinya.

Terima kasih kepada akhi "Irfan Abdurrahman Farid" yang telah mengirimkan tulisan ini. Semoga Bermanfa'at.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar