Senin, 25 Agustus 2014

Nasib Para Ilmuan di Mata Anak-Anak

Senin, 29 Oktober 2012, 11:33
Albert Einstein dikira bintang X Factor
Albert Einstein dikira bintang X Factor (guim.co.uk)
Dia dinobatkan sebagai fisikawan terbesar di abad ke-20. Seorang jenius yang dari pikirannya tercipta banyak ide brilian di bidang fisika dan matematika. Namun ternyata tak semua murid Inggris tahu siapa Albert Einstein. 
 
Sebuah studi yang dilakukan firma Haier menyebut, sepertiga murid sekolah dasar yakin, Albert Einstein adalah bintang reality show. 
 
Bahkan, 29 persen anak yang menjadi responden mengira, mereka melihat ilmuwan, yang meninggal dunia tahun 1955 itu, dalam sebuah pertunjukan seperti  The X Factor atau Britain's Got Talent.
 
Bukan itu saja, sejumlah poin survei juga menguak fakta bahwa ada banyak murid yang tidak bisa mengidentifikasi para ilmuwan besar juga jasanya pada ilmu pengetahuan. Lebih dari sepertiga murid, berusia 11 hingga 14 tahun tak tahu bahwa Isaac Newton menemukan teori gravitasi, meski soal itu ada dalam kurikulum. 
 
Sementara 6 persen mengira, juri X Factor, Tulisa Contostavlos adalah pencipta penisilin, jutaan murid mengira penyanyi rap, Professor Green  adalah seorang ilmuwan. 
 
Lebih jauh lagi, 35 persen anak berusia lima tahun mengira Walikota London, Boris Johnson menemukan teori gravitasi, sementara satu di antara lima anak sekolah dasar yakin, pesepakbola Inggris dari tim Manchester United, Wayne Rooney adalah ilmuwan.
 
Nasib ilmuwan kontroversial Stephen Hawking tak lebih mujur. Sebanyak 22 persen murid berusia 8 tahun mengira ia seorang penata rambut. 
 
Sebaliknya, 68 persen murid bisa mengidentifikasi pembuat Facebook, Mark Zuckerberg. Namun, 22 persen lainnya menebak penemu bola lampu, Thomas Edison sebagai pencipta situs jejaring sosial itu.
 
Dan meski rata-rata anak menghabiskan waktu 17 jam 34 menit di depan televisi, 45 persen murid Inggris tak tahu televisi ditemukan John Logie Baird.
 
"Survei ini membuka mata kita, bahwa anak-anak zaman sekarang lebih mengenal Mark Zuckerberg dibandingkan para ilmuwan pria dan wanita yang membuat penemuan ikonik, yang merevolusi dunia modern," kata Jeff Moody dari Haier. 
 
Sebelumnya, sebuah survei juga dilakukan pada 2.000 anak sekolah di Inggris. Hasilnya, mengkhawatirkan. Anak-anak tak tahu fakta-fakta sejarah atau sains. Otak mereka dijejali informasi soal selebritis dan hal remeh-temeh.
 
Satu dari lima anak yang disurvey percaya bahwa tokoh kartun Toy Story, Buzz Lightyear, adalah manusia pertama yang menjejakkan kakinya ke Bulan, bukan astronot Neil Amstrong.
 
Namun, dua pertiga anak berusia 6-12 tahun itu dengan benar mengidentifikasikan malaria sebagai 'penyakitnya Cheryl Cole'. Mereka juga tahu bahwa David Beckham adalah pemain bola yang baru saja didrop oleh pelatih Fabio, Capello.
 
Penulis buku 'What on Earth Wallbook', Christopher Lloyd mengaku prihatin. "Terlihat jelas anak-anak bingung jika ditanya soal sejarah," kata dia seperti dimuat laman Telegraph, Jumat 8 Oktober 2010. "Neil Amstrong tentunya tidak akan senang jika tahu bahwa mainan plastik dinobatkan jadi manusia pertama yang melangkahkan kaki di bulan."
 
Riset ini juga menemukan pengetahuan sains dan angkasa luar yang dimiliki anak-anak memprihatinkan. Sebanyak 11 persen anak pikir Isaac Newton adalah penemu api dan Albert Einstein adalah saudara monster, Frankenstein.
 
Sumber asli : www.viva.co.id

Sabtu, 23 Agustus 2014

Salju, Fenomena Alam yang Menakjubkan : Cintaku Sehangat Salju


Febdian Rusydi (Rijksuniversiteit Groningen) 



SAAT ini di Eropa dan wilayah utara bumi tengah musim dingin.Salah satu fenomena menarik saat musim dingin adalah salju. Menjadi unik karena kristal-kristal es yang lembut dan putih seperti kapas ini hanya hadir secara alami di negeri empat musim atau di tempat-tempat yang sangat tinggi seperti puncak gunung Jayawijaya di Papua. Kenapa salju secara alami tidak bisa hadir di wilayah tropis seperti negeri kita? 

Proses pembentukan salju
Untuk menjawab itu, bisa kita mulai dari proses terjadinya salju. Berawal dari uap air yang berkumpul di atmosfer Bumi, kumpulan uap air mendingin sampai pada titik kondensasi (yaitu temperatur di mana gas berubah bentuk menjadi cair atau padat), kemudian menggumpal membentuk awan. Pada saat awal pembentukan awan, massanya jauh lebih kecil daripada massa udara sehingga awan tersebut mengapung di udara – persis seperti kayu balok yang mengapung di atas permukaan air. Namun, setelah kumpulan uap terus bertambah dan bergabung ke dalam awan tersebut, massanya juga bertambah, sehingga pada suatu ketika udara tidak sanggup lagi menahannya. Awan tersebut pecah dan partikel air pun jatuh ke Bumi. 

Partikel air yang jatuh itu adalah air murni (belum terkotori oleh partikel lain). Air murni tidak langsung membeku pada temperatur 0 derajat Celcius, karena pada suhu tersebut terjadi perubahan fase dari cair ke padat. Untuk membuat air murni beku dibutuhkan temperatur lebih rendah daripada 0 derajat Celcius. Ini juga terjadi saat kita menjerang air, air menguap kalau temperaturnya di atas 100 derajat Celcius karena pada 100 derajat Celcius adalah perubahan fase dari cair ke uap. Untuk mempercepat perubahan fase sebuah zat, biasanya ditambahkan zat-zat khusus, misalnya garam dipakai untuk mempercepat fase pencairan es ke air.

Biasanya temperatur udara tepat di bawah awan adalah di bawah 0 derajat Celcius (temperatur udara tergantung pada ketinggiannya di atas permukaan air laut). Tapi, temperatur yang rendah saja belum cukup untuk menciptakan salju. Saat partikel-partikel air murni tersebut bersentuhan dengan udara, maka air murni tersebut terkotori oleh partikel-partikel lain. Ada partikel-partikel tertentu yang berfungsi mempercepat fase pembekuan, sehingga air murni dengan cepat menjadi kristal-kristal es.

Partikel-partikel pengotor yang terlibat dalam proses ini disebut nukleator, selain berfungsi sebagai pemercepat fase pembekuan, juga perekat antaruap air. Sehingga partikel air (yang tidak murni lagi) bergabung bersama dengan partikel air lainnya membentuk kristal lebih besar.

Jika temperatur udara tidak sampai melelehkan kristal es tersebut, kristal-kristal es jatuh ke tanah. Dan inilah salju! Jika tidak, kristal es tersebut meleleh dan sampai ke tanah dalam bentuk hujan air.

Pada banyak kasus di dunia ini, proses turunnya hujan selalu dimulai dengan salju beberapa saat dia jatuh dari awan, tapi kemudian mencair saat melintasi udara yang panas. Kadang kala, jika temperatur sangat rendah, kristal-kristal es itu bisa membentuk bola-bola es kecil dan terjadilah hujan es. Kota Bandung termasuk yang relatif sering mengalami hujan es. Jadi, ini sebabnya kenapa salju sangat susah turun secara alami di daerah tropik yang memiliki temperatur udara relatif tinggi dibanding wilayah yang sedang mengalami musim dingin.
 
Struktur unik salju
Kristal salju memiliki struktur unik, tidak ada kristal salju yang memiliki bentuk yang sama di dunia ini (lihat Gambar SnowflakesWilsonBentley.jpg) – ini seperti sidik jari kita. Bayangkan, salju sudah turun semenjak bumi tercipta hingga sekarang, dan tidak satu pun salju yang memiliki bentuk struktur kristal yang sama!

Keunikan salju yang lainnya adalah warnanya yang putih. Kalau turun salju lebat, hamparan bumi menjadi putih, bersih, dan seakan-akan bercahaya. Ini disebabkan struktur kristal salju memungkinkan salju untuk memantulkan semua warna ke semua arah dalam jumlah yang sama, maka muncullah warna putih. Fenomena yang sama juga bisa kita dapati saat melihat pasir putih, bongkahan garam, bongkahan gula, kabut, awan, dan cat putih.

Selain itu, turunnya salju memberikan kehangatan. Ini bisa dipahami dari konsep temperatur efektif. Temperatur efektif adalah temperatur yang dirasakan oleh kulit kita, dipengaruhi oleh tiga besaran fisis: temperatur terukur (oleh termometer), kecepatan pergerakan udara, dan kelembapan udara. Temperatur efektif biasanya dipakai untuk menentukan “zona nyaman”. Di pantai, temperatur terukur bisa tinggi, namun karena angin kencang kita masih merasa nyaman. Pada saat salju turun lebat, kelembapan udara naik dan ini memengaruhi temperatur efektif sehingga pada satu kondisi kita merasa hangat.

Jadi, Anda bisa mengirim ungkapan romantis kepada teman Anda, “cintaku sehangat salju”. Kalau dia tidak paham, kesempatan untuk Anda menjelaskan fenomena ini. Fisika pun bisa menjadi senjata yang andal bagi mereka yang sedang pedekate.***

Gambar: Contoh-contoh bentuk kristal salju yang diambil oleh Wilson Bentley pada tahun 1902. Gambar diambil dari situs wikipedia.org.
 
Sumber : Pikiran Rakyat (28 Desember 2006)
Dapat dilihat juga di : http://www.fisikanet.lipi.go.id/utama.cgi?fenomena&1172922307&1