Jumat, 10 Maret 2023

Catatan untuk Guru 1

 ditulis oleh : Muhammad Mabrudy


Apakah anda seorang guru? maka tulisan ini adalah pengingat bagi anda terutama untuk penulis sendiri yang juga merupakan seorang guru. Namun jika anda bukan seorang guru, boleh anda lanjutkan tulisan ini sebagai gambaran bagaimana sebenarnya pekerjaan seorang guru

Suatu hari dalam, hari - hari mengajar kita sebagai seorang guru, coba lah bayangkan anak didik kita satu per satu, bayangkan bagaimana mereka sedang bahagia dengan apa yang mereka sukai dan bayangkan juga bagaimana mereka sedang bersedih karena apa yang mereka benci. Lalu kemudian kita bayangkan bahwa ternyata bayangan itu sudah hilang, kini mereka sudah dewasa menjadi partner kerja kita atau bahkan menjadi orang yang sukses melebihi kita. Fase perubahan itu sungguh tidak terasa, rasanya baru kemarin mereka memperkenalkan diri mereka kepada kita, rasanya baru kemarin kita membujuknya untuk melakukan sesuatu yang kita harapkan, rasanya baru kemarin kita melarangnya untuk melakukan sesuatu. Tapi itu bukan kemarin, ternyata itu adalah waktu yang sudah lama berlalu dan itu sudah menjadi sebuah kenangan bagi kita dan mereka.

Kemudian mari kita coba bayangkan lagi. Dalam proses keberhasilan mereka, apakah kita sudah benar - benar berperan membantu keberhasilan mereka? pernahkan mereka berusaha mencari kita dan kita tidak punya waktu untuk mereka? atau bahkan pernahkah kita pernah sampai lupa memeriksa tugas mereka? memotivasi mereka? atau bahkan hanya sekedar menyapa mereka?. Tapi ketika kita tidak ada untuk mereka, kehidupan mereka terus berjalan dan mungkin mereka bisa berhasil juga tanpa bimbingan kita. Dengan proses seperti itu, lalu ada sebuah pertanyaan yang kemudian penulis sendiri takut mengajukannya, pertanyaan itu, apakah kita masih layak disebut guru mereka? Ketika kita lalai dengan tugas kita, ketika kita lalai dengan amanah kita, ketika kita tidak bisa menjaga amanah yang diberikan orang tua mereka kepada kita. Mungkin kelalaian itu tidak disengaja, mungkin juga kelalaian itu disebabkan karena kita juga banyak mengenban amanah lain yang juga tidak bisa diabaikan. Tapi tetap menjadi guru itu adalah amanah yang suatu saat pasti akan dimintai pertanggung jawabkan

                               (Foto diambil oleh bagian multimedia Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon)


Apakah sekarang anda masih menajdi seorang guru? maka ketika kita melangkahkan kaki kita kembali ke dalam kelas, coba anda pandangi wajah mereka satu per satu dan bagaimana pun kita melihat mereka sekarang ingatlah bahwa mereka adalah anak - anak yang akan menuai kesuksesan di masa depan. Ketika menjadi guru adalah amanah maka mari kita, mulai saat ini merekcanakan bagaiamana diri kita akan berperan sebagai guru dalam fase kehidupan mereka, bagaimana amanah yang diberikan kepada kita bisa kita lakukan sehingga suatu saat mereka pun menajdi sukses Allah akan mencatat bahwa kesuksesan mereka sebagiannya adalah amal baik yang telah kita lakukan, kesusksesan mereka sebagiannya akan menjadi amal jariah bagi kita di kemudian hari dan kesusksesan mereka adalah amanah yang telah kita tunaikan

Apakah anda sekarang masih menjadi seorang guru? Bukan bagaimana kita berperan dalam kehidupan anak - anak kita sebenarnya yang harus kita ingat, karena sebenarnya hal itu hanya merupakan akibat dan bonus dari apa yang seharusnya kita lakukan. Tapi hal yang lebih penting adalah seberapa gigih kita telah berjuang untuk menunaikan amanah kita sebagai guru       

Sabtu, 29 September 2018

Filosofi Kayu dan Korek Api

Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy

Serelah sekian lama tidak menulis admin kembali menulis, semoga tulisan perdana di tahun 2018 ini bisa menjadi pemicu semangat untuk terus menulis di hari-hari setelahnya

Tahukah anda bahwa korek api terbuat dari kayu?  Ya benar sebatang korek api yang dipakai berasal dari sebatang kayu, bahkan dari satu batang kayu bisa menghasilkan ribuan batang korek api. Namun ternyata hanya butuh satu buah korek api saja yang kita butuhkan untuk membakar dan menghanguskan ribuan batang kayu hanya cukup dengan sebuah korek api. 

Banyak filosofi yang bisa diambil dari sepenggal proses alam di atas, diantaranya filosofi yang bisa diambil adalah filosofi kacang yang lupa akan kulitnya. Maksudnya bahwa sebuah batang korek api yang kecil harus menyadari bahwa walaupun dia memiliki kemampuan yang lebih dari asalnya, walaupun dia memiliki fungsi yang lebih dari asalnya tetapi tetaplah dia berasal dari kayu. Sebagaimana pun seseorang menjadi besar dan sukses maka selaykanya bagi orang itu untuk mengingat dari mana asalnya, siapa guru-gurunya, siapa rekan seperjuangannya dan hal-hal apa saja yang membuat orang tersebut menjadi sukses dan berhasil. Sehingga ketika dia ingat dari mana dia berasal serta bagaimana perjuangannya menjadi sukses maka dirinya akan terhindar dari perilaku sombong.

Related image
sumber gambar : https://pxhere.com/id/photo/1332073


Filosofi yang lain yang bisa kita ambil adalah walaupun batang korek api berasal dari kayu tetapi ternyata batang korek api memiliki kekuatan yang bahkan lebih besar dari kekuatan kayu yang merupakan asal batang korek api itu sendiri. Berarti dalam kehidupan kita sehari-hari bisa saja kita meiliki asal yang sama dengan rekan-rekan kita tetapi tidak menutup kemungkinan bahwasanya kita mampu untuk memiliki kekuatan yang bahkan lebih besar dari tempat dimana asal kita berada. Proses memiliki kekuatan ini bukanlah sebuah proses singkat dan mudah akan tetapi proses ini tentunya membutuhkan perjuangan yang panjang serta penuh rintangan. Sebatang korek api ketika akan menjadi korek api maka dia harus dipotong, dipisahkan dengan yang lain, dibentuk dihaluskan bahkan sampai dicampurkan dengan bahan lain. Begitu pun jika kita ingin memperoleh keberhasilan, kekuatan yang besar maka proses panjang dan penuh rintangan pula lah yang harus kita lalui.

Filosofi yang lain yang penulis ambil dari peristiwa singkat di atas adalah filosofi tentang api. Hakikatnya api adalah hal yang bermanfaat bagi kehidupan kita, namun ketika api tidak dikendalikan maka api ini bukan hanya menghancurkan korek api yang merupakan pemicu api bahkan api pun bisa menghancurkan ribuan pohon yang merupakan asal dari korek api itu sendiri. Jika pada kasus ini api dientikan dengan marah maka liahtlah bahwa api mampu melahap batang koreka api maka sesungguhnya marah pun dapat melahap dan merusak diri sendiri baik secara psikologis, pikiran maupun fisik. Selain itu juga marah yang tidak terkendali bahkan mampu menghancurkan lingkungan sekitar baik secara interaksi ataupun bahkan secar fisik. Maka wajarlah jika Rosulullah SAW dalam sebuah hadits menyebutkan : Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Berilah saya nasihat.” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan marah.” Lelaki itu terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, “Jangan marah.” (HR. Bukhari).

Demikian apa yang dapat penulis sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat, sampai jumpa pada tulisan lain.

Wassalamu'alaikum wr.wb

Kamis, 09 Juni 2016

Tentang Saudara Kita

Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy

Dikisahkan dalam sebuah ceramah yang disampaiakn oleh ust Salim A Fillah bahwa ketika para sahabat berkumpul di masjid kemudian ada seorang sahabat yang datang terlamabat ke masjid kemudian rosulullah berkata kepada para sahabat : "perhatikan ahli surga akan datang", hari berikutnya rosulullah pun mengatakan hal yang sama. Sampai hari ketiga seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Amru bin Ash penasaran dengan apa yang dikatakan oleh rosulullah, sehingga dia meminta izin kepada sahabat yang disebutkan oleh rosulullah tadi untuk menginap di rumahnya supaya mengetahui amalan apa yang sering dilakukan sehingga rosulullah memberikan jaminan surga kepadanya. Sampai pada hari ke tiga Abdullah bin Amru bin Ash tidak menemukan amalan khusus yang membedakannya dengan yang lain sehingga Abdullah bin Amru bin Ashpun bertanya dan sahabat menjawab bahwa "setiap sebelum tidur saya melepaskan prasangka dan ketidaknyamanan saya terhadap sesama muslim". Artinya sahabat ini tidak memiliki beban atau bahkan prasangka buruk kepada saudaranya sesama muslim.

Dari kisah di atas kita menemukan bahwa hubungan dan perasaan kita terhadap saudara kita sesama muslim merupakan hal yang sangat penting bahkan dalam kisah di atas perasaannya kepada sesama muslim adalah perkara yang membukakan jalan sahabat tersebut ke surga. 

Setelah membaca kisah di atas mari kita merenungkan keseharian kita, mari kita merenungkan apa yang sering kita pikirkan kepada sesema saudara kita, mari kita merenungkan apa yang sering kita lakukan terhadap saudara kita. Ketika kita melihat sesuatu yang tidak kita sukai dari saudara kita mari kita ingat apa yang ada dalam pikiran kita, mari kita ingat apa yang ada dalam perasaan kita dan mari kita ingat apa yang kita lakukan ketika kita bertemu dengan orang lain yang memiliki perasaan yang sama. Mari kita ingat juga apa yang kita lakukan ketika ada orang berkumpul dan sedang membicarakan saudaranya yang lain. Hal-hal yang disebutkan nampak hal kecil namun kalaulah kita terus terjebak dalam perasaan yang tidak baik terhadap saudara kita maka hal itu akan membuat kita terjerumus terus ke dalam lubang ke gelapan.

Meneladani kisah di atas maka setelah kita merenung terhadap apa yang sering kita pikirkan dan apa yang sering kita lakukan kepada orang lain maka mulailah dengan membebaskan pikiran-pikiran buruk tentang saudara kita, hilangkanlah perasaan-perasaan tidak enak terhadap saudara kita. Karena pikiran buruk dan perasaan tidak enak tidak disebabkan oleh perbuatan dan perilaku saudara kita, kedua hal tersebut semata-mata hanya disebabkan oleh diri kita. Jika dimislakna maka perumpamaannya adalah seperti orang yang tangannya terluka dan bersalaman dengan orang lain, maka ketika tangan kita sakit maka penyebab sakitnya tangan kita bukanlah tangan orang lain, bukan orang lain yang bersalaman denagn kita tapi penyebab satu-satunya adalah tangan kita yang terluka. Maka supaya tidak terasa ssakit maka janganlah menyalahkan orang lain dan sembuhkanlah tangannya sehingga ketika kita masih berpikiran buruk dan berperasaan tidak enak kepada saudara kita maka janganlah pernah menyalahkan orang lain dan perbaikilah diri kita dan bersihkanlah hati kita. 

Maka tulisan ini adalah bentuk pengingat bagi pembaca khusunya penulis untuk mengevaluasi apa yang telah kita lakukan khususnya di hari-hari bulan ramadhan ini. Jika selama bulan ramadhan kita masih membicarakan orang lain, jika selama bulan ramadhan kita masih berprasangka kepada saudara kita, jika selama bulan ramadhan kita masih melakukan hal yang sia-sia maka segeralah berhenti dan ingatlah ini adalah bulan ramadhan, bulan yang akan menjadi momentum bagi kita untuk bertaubat, bulan yang menjadi momentum bagi kita untuk melakukan perbaikan, bulan yang akan menjadikan diri kita menjadi lebih baik. 

Maafkanlah saudara kita, ikhlaskanlah beban yang ada dalam diri kita dan teruslah melatih diri kita di hari-hari di bulan ramdhan ini, 
Semoga bermanfaat.