Senin, 28 Februari 2011

Sebuah Surat


Assalamu’alaikum wr. wb.
Ba’da tahmid dan shalawat…………..
Syukur pada Allah yang masih mengaruniakan nafas padakudan padamu untuk segera memperbaharui taubat.
Akhi/Ukhti, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Yang tak pernah mengantuk dan tak pernah tidur. Yang siap terus menerus memperhatikan dan mengurusku. Yang selalu bersedia berduaan disepertiga akhir malam. Yang siap memberi apapun yang ku pinta. Ia bertahta, berkuasa dan memiliki segalanya.
Maaf akhi/ukhti, tapi menurutku kau bukan apa-apa bagi Dia. Kau sangat lemah, kecil dan kerdil di hadapanNya. Ia berbuat apa saja sekehendakNya kepadamu, dan akhi/ukhti aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya cemburu. Aku takut, hubungan kita selama ini membuatNya murka. Padahal Ia Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras siksaNya.
Akhi/ukhti, belum terlambat untuk bertaubat. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasyi akan ditanyakan olehNya. Ia bisa marah, akhi/ukhti. Marah tentang saling pandang yang pernah kita lakukan, marah karena setitik sentuhan yang kulit kita yang belum halal itu, marah karena suatu ketika dengan terpaksa aku harus membonceng motormu, marah karena ketetapanNya kuadukan padamu atau tentang lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu. Ia bisa marah!!! Tapi sekali lagi semua belum terlambat. Kalau kita memutuskan hubungan ini sekarang, semoga Ia mau memaafkan dan mengampuni. Akhi/Ukhti, Ia Maha Pengampun, Maha Pemberi maaf, Maha Pemberi taubat, Maha Penyayang, Maha Bijaksana.
Akhi/ukhti jangan marah ya!!! Aku sudah memutuskan untuk menyerahkan cintaku padaNya, tidak pada selainNya. Tapi tak Cuma aku akhi/ukhti. Kau pun bisa menjadi kekasihNya, kekasih yang amat dicintai dan dimuliakan. Caranya satu, kita harus menjauhi semua larangan-laranganNya termasuk dalam hubungan kita ini. Insya Allah, Dia punya rencana indah untuk masa depan kita masing-masing. Kalau engkau selalu berusaha menjaga diri dari hal-hal yang dibenciNya. Kau pasti akan dipertemuakan dengan seorang wanita shalihah/lelaki shaleh. Ya seseorang yang pasti lebih baik dari diriku saat ini. Ia akan membantumu menjaga agamamu, agar hidupmu senantiasa dalam kerangka mencari ridha Allah dalam ikatan pernikahan yang suci. Inilah do’aku untukmu semoga kaupun mendoa’akanmu, Akhi/ukhti.
Akhi/ukhti, aku akan segera menghapus namamu dari memori masa lalu yang salah arah ini. Tapi, aku akan tetap menghormatimu sebagai saudara di jalan Allah. Akhi/ukhti itulah ikatan terbaik. Tak hanya antara ikatan kita berdua, tapi seluruh orang mukmin di dunia. Tak mustahil itulah yang akan mempertemukan kita dengan rosulullah di telaganya, lalu beliau pun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari madu, lebih lembut dari susu dan lebih sejuk dari krim beku.
Maaf akhi/ukhti, tak baik rupanya aku berlama-lama menulis surat ini, aku takut ini merusak hati. Goresan pena terakhirku di surat ini adalah do’a keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir dari hubungan haram kita, insya Allah
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Dikutip dari buku “Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan” karya Salim A Fillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar