Sabtu, 24 Maret 2012

Mengkritisi kenaikan BBM

Ditulis Oleh : Muhammad Mabrudy

Hal sekecil apapun haruslah kita lakukan demi melakukan perubahan di bumi Indonesia ini,  satu minggu lagi tepat tanggal 1 april pemerintah berencana akan menaikan harga BBM Premium, namun jauh-jauh hari berbagai macam penolakan muncul di mana-mana, mulai dari media cetak, media elektronik, demo masyarakat, buruh ataupun mahasiswa. Kasus pembakaran ban, shalat ghaib di jalan, pemboikotan jalan sampai penurunan poto presiden di gedung DPR juga bermunculan di mana-mana semenjak beredarnya kabar ini. Terakhir semakin mendekati hari kenaikan BBM ternyata bahan-bahan kebutuhan pokok sudah mulai merangkak naik ditambah lagi BBM bersubsidi yang tiba-tiba menghilang ditimbun oleh oknum-oknum yang tidak bertangggung jawab.

Banyak sekali pemaparan yang dilakukan baik oleh politisi ataupun para ahli tentang dukungan dan penolakan kenaikan BBM ini. Salah satunya menybutkan bahwa kenaikan BBM adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan APBN negara tentunya pengurangan subsidi ini diiringi dengan naiknya inflasi dan pengeluaran biaya lain yaitu BSM (versi terbarunya BLT). Para politisi lain pun menyampaiakan argumennya mulai dari kondisi masyarakat yang sangat menghawatirkan, pengelolaan minyak antara pertamina dan pemerny=tah yang mengundang banyak pertanyaan sampai dengan proses pembagian BSM (bantuan sementara masyarakat) yang digadang-gadang pemerinta untuk membantu masyarakat miskin dianggap tidak mendidik bangsa.

Perdebatan para ahli dan poltisi pun seakan tiadak akhir diiringi saling hujat dan menjatuhkan seolah-olah ada kepentingan lain dalam perdebatan mereka, presiden pun ikut angkat bicara dan rakyat pun sampai dibuat jenuh dengan perdebatan yang berkepanjanngan ini. Mereka para pejabat dan anggota dewan seolah-olah sedang bermain layar lebar dengan rakyat Indonesia adalah para penontonnya. Dengan semua hal yang terjadi kenaikan BBM bukanlah hal yang tepat terutama bagi masyarakat awam yang tidak mengerti sama sekali tentang regulasi di pemerintahan.

Rakyat kecil hanya tahu bahwa sanya beberapa bulan yang lalu pemerintah yang pada kasusu ini diwakili oleh presiden telah melakukan belanja yang sangat besar yaitu pesawat kepresidenan dengan harga kurang lebih Rp 912 Miliar setara dengan pembangunan 4 ribu sekolah rusak dan setara untuk kehidupan bertahun-tahun ribuan rakyat mikin. Mereka hanya tahu bahwa sanya seorang anggota dewan yang menyetujui kenaikan BBM ini duduk di DPR dengan  kursi yang berharga 24 juta per unit atau mungkin setara dengan biaya hidup 1 tahun sebuah keluarga besar yang miskin. Mereka tidak pernah mengerti tentang penyelamatan anggaran negara, mereka tidak pernah mengerti tentang defisit anggran yang mereka mengerti adalah bagaimana mereka menghidupi keluarga, mereka terus berusaha untuk terus bertahan hidup.



Harusnya para pejabat dan anggota dewan merasa MALU dengan kondisi ini.. Mereka harusnya tidak terlalu banyak melakukan perdebatan dalam berbagai media yang seolah-olah merupakan sebuah pencitraan di depan masyarakat yang tidak berujung. Para pejabat dan para wakil rakyat harus lebih banyak mendengar suara rakyat dan melakukan hal-hal yang sangat konkrit dalam menyelesaikan permasalahan bangsa ini, bahkan ketika anggaran negara benar-benar tidak bisa diselamatkan dengan pengurangan pos anggaran di mana-mana harusnya mereka sadar bahwasanya saat ini mereka telah menikmati uang rakyat berupa fasilitas yang sangat nyaman digunakan, harusnya mereka pun bisa rela untuk mngembalikan salah satu fasilitas yang sekarang mereka gunakan contohnya mobil dinas yang mewah. Bila semua anggota DPR RI dan DPRD di 33 provinsi ditambah para MENTRI dan Pejabat DINAS di 33 provinsi juga mengembalikan mobil yang mereka gunakan sekarang kepada negara mungkin permasalahan ini bisa dislesaikan atau mungkin defisit negara tidak akan terlalu besar dengan naiknya harga BBM ini.

Toh dengan melakukan ini para pejabat tidak akan jatuh miskin, ketika mobil dinas dikembalikan mereka masih punya mobil pribadi ataupun kalo tidak punya kan masih ada motor, mereka memang bekerja untuk rakyat dan tidak seharsnya pula menggunakan terlalu banyak uang rakyat, mereka harus sadar bahwasanya mereka jadi pejabat dan wakil rakyat bukan di negara maju yang sudah mapan perekonomiannya tetapi di negara berkembang yang masih penuh dengan kemiskinan.

Mungkin tulisan ini tidak akan sedikit pun merubah kebijakan pemerintah, tetapi mudah-mudahan akan menjadi bahan renungan bagi penulis dan pembaca. Wallahu a'lam.
Semoga Bermanfa'at. 

2 komentar:

  1. wah luar biasa kang, tp saya punya perspektif yang lain :)
    http://hendrifandianto.blogspot.com/2012/03/bbm-tidak-usah-di-subsidi.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya memang benar, salah satu alasan pemerintah mengurangi subsidi BBM (bukan menghilangkan) adalah karena penyaluran yang tidak tepat dari BBM bersubsidi itu sendiri,.,.

      Tapi dari tulisannya saya masih belum menemukan solusi jika subsidi BBM dicabut,., ^_^

      Hapus