Rabu, 18 April 2012

Adik Kecil Pembawa Payung

Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy

Malem ini seperti biasa pulang mengajar lumayan larut malem, perut juga masih keroncongan ingin segera pulang dan mengisinya. Namun ada hal yang berbeda malam ini, langit terasa begitu lebih gelap selain itu hujan turun sangat deras sehingga tidak bisa diterobos dengan langsung. Akhirnya dengan harapan hujan segera berhenti saya pun menunggu redanya hujan di depan sebuah toko, hampir setengah jam menunggu, hujan pun tidak memberikan tanda-tanda akan berhenti sehingga sambil mengucapkan basmallah akhirnya hujan pun diterobos sedikit demi sedikit di sela-sela ramainya toko tapi tetap saja tidak memungkinkan untuk diteruskan sampai akhirnya saya menemukan seorang anak membawa payung besar.

Dari yang teramati tampaknya dia adalah seorang anak penawar jasa payung, dengan penuh pertmbangan akhirnya saya pun berencana menggunakan jasanya, namun sebelum benar-benar menggunakan jasanya saya bertanya dulu tentang harganya karena keterbatasan uang yang ada dalam saku. Ternyata jawaban yang keluar dari mulut anak ini membuat saya sedikit kaget dia menjawab :

"Mangga, sabaraha we a"

Saya ga tau apakah semua anak selalu menjawab seperti itu atau tidak karena malam ini adalah pertama kalinya saya menggunakan jasa payung. Jawaban anak ini membuat saya tertarik pada kepribadian anak tersebut, maka sambil berjalan menuju angkot saya terus mengobrol ternyata dia adalah seorang anak kelas 4 SD (mungkin seumuran sama adik saya yang kedua) dia akan keluar ketika hujan deras turun menawarkan jasa payungnya kepada setiap orang tak peduli siang atau malam saat hujan turun saat itulah dia akan bekerja begitulah kurang lebih apa yang dia utarakan. Terkait penghasilan di mengatakan bahwa dia bisa mendapatkan uang 100 samapai 200 ribu setiap kali hujannya (lumyan besar juga ya, melebihi uang yang saya dapat dalam satu kali mengajar) tapi dari sekian banyak penghasilan nya ternyata dia cuma mendapatkan uang 10 ribu saja dan sisanya diberikan kepada orang tua.

Sunggu rasanya iri melihat anak yang masih kecil tersebut (waktu seumuran itu, sedikit pun saya tidak memikirkan tentang mencari uang yang saya pikirkan hanyalah sekolah dan bermain) dengan gigih walaupun besok siangnya dia harus sekolah dia menawarkan jasa payung bahkan tidak jarang dia sendiri malah hujan-hujanan karena payungnya dipakai oleh 2 orang. 

Ternyata hujan memang benar-benar rahmata tidak hanya saat musim kemarau tapi saat musim penghujan pun hujan tetaplah sebuah rahmat. Saat orang-orang yang sibuk beraktivitas harus terhenti aktivitasnya sejenak karena hujan, saat jemuran-jemuran tidak kunjung kering karena deranya hujan saat itu juga orang beramai-ramai mencari rizqi dari hujan untuk menawarkan jasa payung. Memang anak-anak yang menawarkan jasa payung belum saatnya untuk bekerja, anak-anak seumuran mereka adalah anak-anak yang seharusnya merasakan indahnya bermain dan belajar tapi apakah kalian para pemuda dan orang tua yang hanya bermalas-malasan akan terus diam dan hanya menunggu rizqi saja?

Malam ini saya belajar seorang anak kecil, seorang pembawa payung, malam ini pun saya mengucapkan banyak terima kasih kepadanya. Wahai adik kecil pembawa payung semoga engkau bisa merasakan indahnya masa kanak-kanak mu, semoga kegigihanmu bisa menjadikanmu orang yang tangguh kelak dan semoga engkau menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, agama bangsa dan negara.

Wallhu A'lam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar