pernah ada masa-masa dalam cinta kita
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu
pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit menyuburkan bumi
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai
di satu titik lalu, sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita terlalu terkecualikan dari ikatan diatas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api
kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shaleh yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak yang manis, lembut dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya
(dikutip dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" hal 44)
kita lekat bagai api dan kayu
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya
hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa
tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu
pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit menyuburkan bumi
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai
di satu titik lalu, sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita terlalu terkecualikan dari ikatan diatas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api
kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shaleh yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak yang manis, lembut dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya
(dikutip dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah" hal 44)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar