Senin, 21 November 2011

Bangga dan Kagum yang Salah


Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy
Hati adalah tempat bermuaranya segala sesuatu, semuanya berawal dari sini mulai dari niat jahat sampai dengan niat mulia. Rasa bangga dan kagum adalah beberapa hal yang tidak akan pernah hilang di hati kita namun kita harus berhati-hati pada kedua rasa yang selalu hinggap di hati kita ini.
Pertama tentang rasa bangga terhadap seorang tokoh seorang kakak atau apapun itu, bangga karena dengan mengenalnya kita bisa belajara banyak hal darinya, bangga karena dengan mengenalnya kita selalu punya tempat untuk bertanya, bangga karena dia selalu ada untuk mebimbing kita, walaupun sebenarnya bukan kitalah satu-satunya orang yang dia bimbing. Sehingga sering terlintas dalam pikiran bagaimana jika suatu saat nanti dia pergi jauh sehingga menjadi sulit berkomunikasi, bagaimana hari-hari ini akan dijalani tanpa bimbingan darinya? Kadang pula terlintas dalam pikiran, bagaimana kalaupun kita bertemu lagi dia tidak lagi mengenal kita seperti dulu?
Pikiran dan kondisi itu sangat mengganggu dan benar-benar sangat mengganggu, sering merasa kebingungan bagaimana kehidupan ini akan terus berjalan tanpa kehadirannya di belakang kita, bagaiman masalah dalam kehidupan ini akan terselesaikan tanpa keberadaannya membantu kita. Padahal sebenarnya kita sering melupakan 1 hal yang penting bahwasanya Allah lebih dekat kepada hamabaNya daripada urat nadi dan Allah tidak akan pernah meninggalkan kita, rasa bangga akan seorang tokoh, kakak ataupun mentor adalah hal manusiawi tapi ketika rasa bangga itu terus menggiring kita untuk terus bergantung kepadanya mungkin itu adalah hal yang keliru karena sebenarnya orang yang kita kagumi sebenarnya adalah sebuah wasilah, wasilah untuk semakin dekat kepada Allah, jangan pernah menggunakan logika yang terbalik bahwa kita hanya akan dekat kepada Allah bila kita dekat dengannya.
Kedua rasa kagum akan seseorang khususnya adalah lawan jenis juga merupakan hal yang manusiawi sebagai makhluk ciptaaNya, kagum karena militansinya menjalankan amanah, kagum akan ketegasannya menjaga hijab, kagum akan keberadaannya yang rasanya selalu mengingatkan kita (padahal bukan hanya dirinya saja yang mengingatkan kita). Kagum sebagai seorang muslim terhadap saudaranya, kagum yang mungkin saja bisa menumbuhkan sebuah rasa yang lebih dari sebuah rasa kagum, kagum yang kadang menjadikan kita senang terus membicarakannya, kagum yang entah kenapa rasanya jadi “malu-malu” bila bertemu dengannya, kagum yang menjadkan dirinya hadir dalam pikiran kita, kagum yang kadang menumbuhkan harapan untuk bersanding dengannya kelak. Kagum seperti apakah ini? Apakah pernah terpikirkan oleh kita bila suatu saat orang yang kita kagumi ini telah bersanding dengan orang lain? Atau ternyata kita bersanding dengan orang yang bukan kita kagumi?
Hal ini pun tidak kalah meresahkan ketimbang keadaan yang pertama, apalagi bila dalam keadaan ini seseorang tidak mampu menjaga keadaan ruhiyahnya sehingga hatinya akan menjadi semakin teromabang-ambing oleh gelombang yang tak menentu. Sebenarnya dibiarkan pun taka apa-apa, tapi jika terus dibiarkan maka hal ini aka menjadi titik hitam dalam hati yang lama kelamaan dapat menjadikan hati ini hitam dan beku. Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal tersebut sama halnya dengan ungkapan diatas, pertama jika hal diatas benar-benar sudah terjadi bahwasanya kita tidak mampu lagi mengagumi orang yang kita kagumi karena berbagai macam hal seperti meninggal, pernikahan dll maka hal itu pun nantinya akan menjadi biasa walaupun awal-awalnya menjadi keruh. Tetapi sebagai seorang makhluk yang mulia mencegah sebenarnya lebih baik daripada mengobati mencegah tuk tidak mengagumi seseorang berlebihan, karena mengagumi seseorang adalah suatu kewajaran dan hal yang tidak wajar adalah suatu yang berlebihan. Sama seperti pembahasan sebelumnya bahwa rasa kagum kita pada sesorang harus kita dasarkan hanya karena Allah swt, kita kagum pada seseorang hanya karena Allah menyuruh itu bukan karena yang lain.
Memang hal diatas tidaklah mudah untuk dilakukah atau bahkan sangat paht, kenapa kebaikan itu selalu susah dan pait, karena surga itu manis, begitulah katanya, semoga kita semua dapat merealisasikan semuanya hanya karena untuk menta’ati Allah swt, termasuk orang yang telah menulis artikel ini karena sebenarnya dia juga orang yang pernah bangga dan kagum,
Semoga bermanfa’at wallahu a’lam

2 komentar:

  1. super sekali..

    tp saya mau tanya, sebagai org yg berada disekitar orang2 yg suspect "virus kagum" apa yg kita harus lakukan? (mnegingatkan saja cukup tidak?)

    BalasHapus
  2. Bank hal selai mengikatkan bisa dilakukan, biasanya becandaan-becandaan yang menjurus (walaupun niatnya becanda) akan memperkuat perasaan seseorang, tap menurut saya hal yang paling mungkin adalah membuat "mereka" tidak terlalu banyak berinteraksi

    wallhu a'lam

    BalasHapus