Senin, 16 Januari 2012

Jadiah nol, karena nol bukan kosong

Ditulis oleh : Muhammad Mabrudy


Angka nol adalah sebuah angka yang ditemukan oeh imuan muslim bernama Al-khawarizmi yang lahir tahun 780 di Kwarizm (sekarang khva, Uzbekistan), angka nol daam bahasa arab disebut shifr dan mulai diperkenalkan kepada ilmuan barat sekitar 250 tahun setelah ditemukannya angka nol oleh al-khawarizmi. 

Dalam bahasa indonesia untuk menyebut angka "nol" ada juga yang menyebutnya dengan sebutan "kosong", padahal keduanya jelas-jelas memiliki makna yang berbeda, apalagi bila orang yang mempeajari matematika mendengarnya, keduanya jeas sekali memiliki makna yang berbeda. "Nol" itu bernilai sedangkan "kosong" tidak bernilai, mungkin bila angka "nol" berdiri sendiri maka nilainya akan menjadi kosong, tetapi nol tidak akan menjadi kosong bila disandingkan dengan angka-angka yang lain. Hal ini sangatlah unik, ada sebuah angka yang sangat berperan penting dalam bilangan, tetapi bila angka ini berdiri sendiri maka nilainya jadi tidak berarti. 

Itulah hal pertama yang bisa kita pelajari dari sebuang angka "nol", kecil tapi berarti, bila dibandingkan dengan sebuah amalan maka nol adalah amalan-amalan kecil yang kadang banyak orang menggap tidak bernila dan tidak berarti, jika hal ini terjadi maka dapat dianalogikan pada angka nol yang berada di sebelah kanan angka lain contohnya yaitu 001 yang maknanya tetap saja 1. Tetapi bila kita dapat memperhatikan hal-hal kecil dari amalan keci ini maka nilainya akan bermakna atau bahkan berlipat, seperti dua angka nol yang berada di samping kanan angka 1 yaitu 100 maka nilainya akan jauh lebih besar daripada angka 1 itu sendiri.

Hal lain yang dapat dipelajari dari angka "nol" adalah keunikannya jika angka ini dalam perkaian dan pembagian, angka nol ini merupakan gambaran seorang hamba yang bisa kita contoh. Dalam operasi perkalian, bilangan apapun selain yang dikalikan dengan nol maka hasilnya akan menjadi nol, tidak peduli sebanyak apapun bilangan sebelumnya, tidak peduli serumit apapun angkanya, tidak peduli sekomplek apapun persamaannya, hasilnya akan tetap nol. Seperti itulah harusnya iman kita, tetap istiqomah, iman kita tidak boleh bergantung pada iman orang lain, tidak boleh bergantung pada keadaan sekitar, iman kita harus tetap walaupun pada hakikatnya iman manusia itu bertambah dan berkurang.

Jika iman kita masih bergantung orang lain, maka kita akan berfikir dua kali ketika melakukan kebaikan contohnya ketika pergi pengajian maka sebelum timbul akan timbul pertanyaan, "yang lain ikut ga ya?", maka dapat diperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya, kejadiannya akan bergantung kepada pertanyaan diatas, tetapi bila iman kita, tekad kita tidak bergantung kepada orang lain maka tidak peduli orang lain hadir atau tidak, kita akan tetap merasakan mnisnya hadir dalam sebuah majelis pengajian, tidak peduli orang memuji atau menghina, yang kita rasakan hanyalah manisnya iman, manisnya mendekatkan diri kepada Allah SWT.



Dalam operasi pembagian pada matematika nol juga memiliki hal yang unik, yaitu hal yang sama seperti pada operasi perkalian yaitu konsistensi nilai, namun pada operasi pembagian nol adalah hal yang unik karena nilai konsisten yang dihasilkan adalah tak hingga. Berapapun nilai jika dibgai dengan nol maka hasilnya adalah tak hingga, setiap angka dalam bentuk apapun ketika dibagi dengan nol harganya tetap konsisten tak hingga. Seperti itulah layaknya kita berbuat, seorang hamba di depan Penciptanya, ketika kita meng"nol"kan diri dihadapan Allah SWT maka kita akan mendapatkan sesuatu yang tak terhingga, tak ternilai dan luar biasa.

Dengan bersikap seperti itulah kita telah mengembalikan hakikat kita seorang hamba dihadapan Tuhannya, karena dihadapan Allah kita adalah nol dan tidak ada apa-apanya, seberapa hebat apapun dia dalam kehidupannya, seberapa kuat apapun dia bla dibandingkan dengan hambanya yang lain dan seberapa pintarpun dia dibandingkan dengan makhluk yang lain, seorang hamba hakikatnya adalah nol bila dbandingkan dengan sang pencipta. Di hadapanNya kita bersikap "nol" tidak ada apa-apa pasrah dengan kuasaNya tetapi bukan bersikap kosong tanpa ikhtiar dan do'a.

Apa yang akan terjadi bila kita tidak meng"nol"kan diri dihadapannya, maka yan terjadi setelahnya akan sangat mudah ditebak, jika kita menjadi angka 1 dihadapanNya yaitu bersikap seolah-olah apa yang terjadi berasal darinya maka hasil dari usaha akan selalu bergantung pada keadaan bila keadaan diluar mendukung dan nilainya besar maka ketika dibagi dengan angka satu hasilnya akan jadi besar namun jika hal sebaliknya terjadi maka hasil yang didpatkan akan menjadi kecil. Hal yang lebih berbahaya adalah ketika kita bersikap lebih besar dan sombong dihadapannya yaitu ketika kita menjadi angaka 2, 3, 4 dst, maka dalam operasi pemabagian ini hasil yang akan didapatkan akan menjadi kecil dan mungkin sangat tidak bermakna. 

Begitulah sebuah angka mengajarkan kita, mengajarkan kita supaya menjadi hamba yang tetap berada di jalan kebenaran. Har ini kita belajar dari "nol", belajar untuk tetap istiqomah dan kemabali kepada hakikat kita. Semoga bemanfaat,.,.

4 komentar:

  1. saya terkadang sering menyebutkan nol dan kosong, terima kasih atas penjelasanya.

    BalasHapus
  2. 1 dibagi nol tu bukan tak-hingga mabrudy, tapi tak terdefinisi...beda lho ya..
    'Mari berhati-hati dalam memberi arti' :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru buka-buka blog lg & belum sempat dibalas,.,. Syukron kang koreksiannya,.,.

      Hapus